Kamis, 13 November 2014

Cerpen karyaku




Hanya Waktu Yang Akan Menjawab Segalanya


            Waktu selalu hadir dan berlalu dalam setiap kehidupan manusia. Waktu selalu meninggalkan bekas di setiap kejadian yang telah berlalu, entah itu kesedihan, kebahagiaan, kesenangan, kekecewaan, ataupun kerinduan. Waktu selalu dapat menimbulkan setiap pertanyaan yang telah menimbun dalam kehidupan manusia, tetapi waktu jugalah yang akan menjawabnya. Waktu membuat kita mengerti apa kesalahan yang telah kita lakukan tanpa kita ketahui dan akibat yang mungkin dapat membuat kita menyesal di kemudian hari. Begitu juga yang terjadi dengan Evi Kusuma, seorang gadis SMA yang telah menyukai seseorang selama dua tahun tanpa ia sadari.
            Sesenggal nafas terdengar tak beraturan karna tengah mempercepat langkahnya. Sebuah tangan berusaha menutupi rona merah yang menghiasi pipinya. Jantungnya semakin berdegup kencang kala seorang laki-laki berperawakan tinggi, dengan rambut yang sedikit tak tertata, tetapi masih menjadi pusat perhatian berjalan mendekat ke arahnya. Yap, itu adalah Dafa, anak terpopuler di sekolahan. Dia anak yang cukup pintar, anggota OSIS, dan pastinya tampan, hingga menjadi pusat perhatian anak-anak perempuan. Tetapi, lelaki itu hanya melewati Evi begitu saja, sepertinya tak melihat. Ia ingin sekali memanggil sosok itu. Tapi apa daya, sepatah katapun tak dapat keluar dari mulutnya. Ia menengok ke belakang sejenak sambil memandang punggung yang semakin menjauh itu. “Ada apa denganku?! Kenapa selalu begini?! Kenapa hanya dengannya?!” segala pikiran mulai berkecamuk menghampiri pikirannya. Ia menghembuskan nafas berat  dan kembali menatap ke depan untuk menuju kelas. “Hey, Tunggu !!” suara seorang lelaki yang menggema di sudut koridor. Evi terus berjalan meskipun dia mendengarnya dengan jelas. Suara derapan kaki terdengar semakin dekat dan jelas. Sebuah tangan menepuk bahunya dan berhasil membuatnya terkejut “Hey, Evi !!! Kenapa kau menghiraukanku ?! Kelasnya berada di sana, dan kau berada di arah yang salah. Karna kita akan mendekati UN, kelasnya di pindah. Mari pergi bersama!!” ucapnya sambil menggandeng tanganku dengan paksa.
            Gemuruh sorakan terdengar begitu keras ketika mereka berdua memasuki ruangan. Evi yang merasa malu segera menepis tangan Dafa dan segera berlari menuju bangkunya. Dafa menatap Evi penuh kecewa dan berlalu juga ke bangkunya sendiri. Gosip pun mulai menyebar ke seluruh sekolah. Bahwa seorang Dafa berkencan dengan teman sekelasnya yang tentunya semuanya tahu siapa itu. Begitulah gosip yang terdengar dan membuat Evi lebih tak nyaman lagi.
            Semakin lama, sikap Evi semakin dingin pada Dafa. Dafa merasa bahwa Evi selalu menghindarinya dan merasa tak nyaman padanya. Dia berusaha menjauh dari Evi. Suatu ketika, seorang gadis bernama Mala  sedang dekat dengan Dafa karena mereka memang akan tampil bersama dalam Acara Perpisahan yang  akan diadakan untuk memeriahkan kebebasan kami semua dari UN. Terlihat, bahwa Mala juga menyukai Dafa. Mala dan Dafa selalu terlihat bersama. Dan itu membuat sebuah gosip baru. Evipun merasa terganggu dengan gosip tersebut. Dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Ada apa dengannya?! Seharusnya dia merasa senang karna Dafa tak lagi di gosipkan dengannya. Tapi kenapa dia malah merasa kecewa?! Kenapa dia merasa marah?! Kenapa dia merasa sedih?! Apa mungkin dia menyukai Dafa?! Tapi sejak kapan?!. Segala pertanyaannya masih belum terjawab olehnya.
 Saat akan memasuki kelas, dia tak sengaja melihat Dafa dan Mala tengah berlatih drama sambil bercanda ria. Evi membelalakkan matanya saat melihat mereka berdua tertawa bersama. Tak ingin mengganggu dan mungkin sebenarnya karna tak kuat melihat pemandangan tersebut, Evi segera berlari meninggalkan mereka dengan sedih. Semakin hari kedekatan Dafa dan Mala sering di lihat oleh Evi. Sebenarnya itu bukanlah kedekatan, hanya rutinitas mereka menjelang persiapan acara. Tetapi, dimata Evi berbeda. Entahlah, mungkin Evi telah menyadari sesuatu yang selama ini berbelit di otaknya.
Hari perpisahan pun telah tiba. Evi berharap kebahagiaan akan menghampirinya hari ini karna peristiwa yang menyesakkan hatinya beberapa waktu lalu. Dia masuk ke ruang kelas karna hari ini cukup sibuk untuk persiapan penampilan mereka. Dia segera berlari membantu teman-temannya yang tengah sibuk. Tiba-tiba ada seseorang yang berada di sampingnya untuk membantunya. Dia tersenyum dalam hati saat tahu siapa itu, tetapi dikenyataannya dia tak mampu mengucapkan terima kasih. Salah satu temannya memanggilnya dan itu dapat membuat alasan untuk kabur di depannya tanpa memperdulikannya, Lagi.. Evi mendengar helaan nafas panjang Dafa, dia melirik dengan sedih setelah dia tahu betapa sikapnya tadi menyakiti Dafa, Lagi.. Evi mengutuk dirinya sendiri yang selalu seperti ini.
Acarpun telah selesai, Evi berjalan sendirian yang masih mengingat kejadian tadi. Evi kembali menghela nafas berat. Tiba-tiba ada yang memanggilnya di kejauhan. Dia mengenal suara itu, bahkan sangat mengenalnya. Dia menoleh pada sosok itu penuh harap. Sosok itu mendekatinya, semakin dekat, semakin dekat dan tanpa dia sadari telah berada di depannya, tepat. Dia adalah Dafa. Evi bertanya-tanya dan hatinya mengharapkan sesuatu. Suasana geming sesaat, tak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. “Vi..” ucapnya lirih yang memecah keheningan. “Ya..” jawab Evi dengan enggan. Suasana menjadi semakin canggung karna setelah itu tak ada yang berbicara lagi. “Emm.. Kau mau melanjutkan kemana?” ucapnya yang mungkin terlihat seperti basa basi. “Mungkin sekitar sini. Karna orang tuaku tak mengizinkanku terlalu jauh” ucap Evi yang memang mengerti topik pembicaraan tersebut. “Aaa.. belajarlah yang rajin agar kau dapat meraih cita-citamu yang besar itu” ucapnya sambil berusah tersenyum manis meskipun terkesan seperti di paksakan dengan uluran tangan ke arahku. Evi  bingung harus bagaimana, tetapi ia putuskan untuk menyambut tangannya. Dia menggumamkan sesuatu yang sangat lirih, hingga Evi bertanya “Apa yang kau bicarakan?” ucap Evi yang masih penuh heran akan kata-kata Dafa tersebut. “Tak apa,  masuklah dan bergabunglah bersama teman-teman, disini dingin. Sampai jumpa” ucapnya yang terkesan menyuruh meski dengan lembut. “Baiklah.” ucap Evi sambil masuk ke dalam kelas yang memang telah ada semua teman-temannya dengan pemikiran yang masih berputar-putar tentang pembicaraan Dafa.
Suara gemuruh anak di tengah lapangan benar-benar membuat telinga Evi ikut gaduh. Setiap hari senin selalu di wajibkan untuk masuk sekolah, meskipun mereka sudah cukup bebas dari sekolah ini. Tetapi sejak acara perpisahan itu, ia tak pernah melihat Dafa dan tak pernah mendengar kabar tentang Dafa. Evi selalu bertanya dalam hati, kemanakah dia ? kenapa dia tak pernah absen, sekalipun itu kabar penting. Itu membuat Evi sangat sedih, kecewa, dan terpuruk. Evi memberanikan diri untuk bertanya pada Mala tentang Dafa barangkali Mala mengerti, dan Evi mendapat kabar yang membuatnya terkejut dan syok, bahwa Dafa telah pindah keluar kota sehari setelah acara perpisahan karna pekerjaan ayahnya. Evi berlari sekencang dia bisa, matanya mulai kabur, ia mulai menabrak orang yang dirasanya menghalangi jalannya, tak ia pedulikan semua mata yang memandangnya dengan heran, karna yang ada di fikirannya hanyalah Dafa. Terdengar suara memanggil namanya, tapi ia tak menghiraukannya. Berulang kali suara itu memanggilnya tetapi ia tak menoleh sedikitpun dan terus berlari tak tentu arah. Sampai suatu ketika ia terjatuh, hingga sebuah tangan memegang kertas ada tepat di depannya. Bukan, tepatnya sebuah surat. Ia mendongak ke atas dan menemukan Raka yang tersenyum prihatin ke arahnya. Raka mengulurkan surat itu kepadanya, bermaksud agar diterima olehnya. Evi menatap Raka penuh heran, sambil berusaha mengusap air matanya. Raka kembali menjelaskan “Ini dari Dafa, dia menitipkan ini padaku. Aku harap kau mau menerimanya. Ku mohon” ucap Raka penuh harap. Evi dengan ragu mengulurkan tangannya dan segera membuka surat itu.
Dear Evi.. dari aku, Dafa
Aku telah menyukaimu sejak lama, Aku selalu menyukaimu selama ini. Aku berusaha untuk mendekatimu agar aku dapat mengetahui hatimu lebih dalam. Tetapi aku rasa aku terlalu memaksa hingga aku tak membiarkanmu untuk memilihnya sendiri. Sebenarnya dalam hatiku aku cukup kecewa dengan semua sikapmu selama ini padaku. Aku tahu, aku terlalu berharap. Aku juga tahu kau membenciku. Maka dari itu kau selalu mencoba menegaskan bahwa kau tak pernah menyukaiku walau sedikitpun. Aku selalu berterima kasih, kau masih mau menjadi temanku, tetapi aku ingin lebih dari itu. Aku tahu, aku cukup berlebihan, bahkan cukup egois karna hanya mementingkan diriku sendiri. Aku telah pindah sejak kita terakhir kali bertemu di acara perpisahan. Aku sangat bodoh karna tak mampu mengatakan aku menyukaimu dengan jelas padamu saat aku memanggilmu waktu itu, sebenarnya aku ingin mengungkapkan semua isi hatiku padamu, tetapi yang keluar dari mulutku hanyalah secuil basa-basi yang bahkan tak mewakili hatiku selama ini. Maaf karna telah membuatmu tak nyaman. Maaf  karna telah sering menggangu ketenanganmu karna gosip yang beredar. Maaf atas semua sikapku yang lancang padamu, maafkan aku. Jagalah kesehatanmu disana, dan tetaplah menjadi yang terbaik. Aku selalu mendukungmu disini. Abaikan ini jika mengganggumu. Aku selalu menyayangimu. Aku tak tahu kapan kita bisa bertemu lagi di masa depan. Tetapi, kau akan menjadi masa laluku yang indah untuk di kenang. Selalu..
Ia terisak sejadi-jadinya karna kebodohannya selama ini. “Aku selalu memikirkan diriku sendiri. Aku tak pernah mengikuti kata hatiku. Aku tak pernah menunjukkannya padamu bahkan jika aku ingin. Aku terlalu cepat menyerah. Aku menyukaimu dari lubuk hatiku yang paling dalam. Jadi jangan salahkan dirimu. Maafkan aku. Maafkan aku yang selama ini menyakiti hatimu. Aku takkan pernah melupakanmu. Kau dan kenanganmu telah berada di tempatnya masing-masing di dalam hatiku, dan aku akan menyimpannya baik-baik. Aku benar-benar minta maaf,  untuk segalanya. Ku harap, kau dapat menemukan orang yang lebih baik dariku. Jika di masa depan kita dapat bertemu kembali dan jatuh cinta satu sama lain lagi, aku harap kesalahan ini takkan terjadi lagi. Tetapi, untuk saat ini, aku akan mengakhirinya disini. Cukup sampai disini. Di tempat kisah kita berawal. Karna suatu saat, kisah ini juga akan menjadi sebuah masa lalu yang terukir abadi di perjalanan hidup kita masing-masing.  Selamat tinggal, Cinta Pertamaku.....” gumamnya sambil masih sesegukan menahan tangisnya. Dia berusaha berdiri dan Raka segera membantunya.“Aku tahu kau telah menyukainya dari dulu, tetapi kau tak pernah menunjukkannya dan malah bersikap sebaliknya. Penyesalan selalu berada di akhir. Dafa berkata dia bahagia meskipun akhirnya akan seperti ini. Karna waktu yang akan menjawab segalanya” kata Raka dengan bijak dan meninggalkanku. Yaa.. benar, segala pertanyaanku dimasa lalu telah di jawab oleh waktu.

Introducing My Fans



Anyyeonghaseyo....

Hmm.. saya bingung mau posting apa?? karna ini blog baru dan blog pertamaku..
Hari ini aku akan post tentang TaeYeon Kim, urrri leader yang hebat..

Biografi Kim Tae Yeon

Taeyeon bernama lengkap Kim Tae-yeon (dibaca [tæːjʌn]; lahir di Jeonju, 9 Maret 1989; umur 25 tahun) adalah seorang penyanyi asal Korea Selatan, dan merupakan pemimpin grup Girls' Generation, dibentuk oleh SM Entertainment pada tahun 2007. Dia juga bekerja sebagai Disc Jockey (DJ) dan muncul dalam berbagai acara realitas, serta meluncurkan singel solo. Dia dikenal sebagai Taiyan (太妍; Tàiyán) di Taiwan,[1] ditulis 泰妍 dalam aksara Tionghoa.

Ia adalah seorang peragawati dan penyanyi asal Korea Selatan dengan nama lahir Kim Tae Yeon. Ia mengawali debutnya bersama Girls' Generation dan mulai merambat dunia Peragawati, dan DJ Radio. Posisi di SNSD, Ia sebagai Leader, Lead Vocal ke 1, serta Dance ke 8 (setelah Jessica). Memiliki tinggi 166 cm pada tahun 2013.
Memiliki seorang kakak lelaki bernama Kim Ji-woong dan seorang adik perempuan bernama Kim Ha-yeon. Kedua orangtuanya adalah pemilik toko kacamata di kota kelahirannya, Jeonju.


Taeyeon lahir di kota Jeonju, Jeolla Utara pada tanggal 9 Maret 1989. Ia terlatih dalam menyanyi dan menari. Taeyeon mulai dikenal dalam Kontes Terbaik Tahunan SM Entertainment ke-8 tahun 2004, memenangkan Juara Pertama Penyanyi Terbaik & Hadiah Utama dalam kontes tersebut.[2] Kemudian, dia dibimbing di SM selama 5 tahun dan 3 bulan.[3] Pada tahun 2004, ia tampil dalam lagu The One berjudul "You Bring Me Joy" sebelum memulai debut sebagai pemimpin Girls' Generation.[4] Ia merupakan lulusan Jeonju Art High School tahun 2008 dan diberi penghargaan Lifetime Achievement Award oleh sekolah tersebut. Pada tahun 2011 ia juga tampil dalam lagu The One yang bertajuk "Like A Star".[5] Ia pernah berduet dengan Kangta dalam lagu yang berjudul "7989". Kangta adalah rekan selabelnya, SM Town.
Kini, ia bergabung dalam sub-grup Girls' Generation-TTS bersama Tiffany dan Seohyun. Sub-grup ini telah merilis album pertamanya, "Twinkle".

Penampilan soundtrack dan pertunjukan solo

Tahun Judul Lagu Durasi Artis
2004 You Bring Me Joy You Bring Me Joy 04:05 Duet dengan The One
2008 Hong Gildong OST If 04:25 Solo
Beethoven Virus OST Can You Hear Me? 04:00 Solo
Baby Baby 7989 03:31 Duet dengan Kangta
2009 Heading to the Ground OST It's Love 04:15 Duet dengan Sunny
2010 Like a Star Like a Star 03:58 Duet dengan The One
Athena: Goddess of War OST I Love You 03:23 Solo
2011 Different Different 04:23 Duet dengan Kim Bum-soo
2012 I AM. OST Dear My Family 05:26 dengan SM Town
The King 2 Hearts OST Missing You Like Crazy 03:36 Solo
To the Beautiful You OST Closer 04:04 Solo
2013 That Winter, The Wind Blows OST And One 04:16 Solo
I Got A Boy Lost In Love 04:04 Duet dengan Tiffany
Mr. GO OST Bye 04:32 Solo
2014 SM the Ballad Vol. 2 - Breath Breath (Korean ver.) 04:37 Duet dengan Jonghyun
SM the Ballad Vol. 2 - Breath Set Me Free (Korean ver.) 04:21 Solo
You're All Surrounded OST Love, That One Word 03:55 Solo



sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Taeyeon